Sepenggal kisah kehidupan di Hamburg, kota pelabuhan sungai Elbe. Kota hijau nan indah di utara Jerman itu menyimpan kenangan penuh hikmah. Hidayatullah. Sabtu 10 April 2010 itu cuaca masih dingin, masih di bawah 20°C, namun angin dingin yang berhembus memaksa orang mengenakan jaket tebal. Seperti biasa acara sabtu pagi hingga selepas Dzuhur diisi pengajian anak-anak, yakni belajar membaca Al Qur'an Dan ceramah Islam dalam bahasa Jerman. Sorenya setelah Dzuhur giliran diadakan pengajian untuk mahasiswa Dan remaja. Pengajian tersebut banyak melibatkan diskusi dua arah Dan logika mengingat begitulah budaya Dan pola pikir masyarakat yang Ada di Jerman. Di antara yang dibahas adalah permasalahan yang mereka hadapi ketika bercengkerama dengan teman-teman Jerman mereka yang menanyakan seputar agama. Salah seorang peserta remaja, yang baru akan memasuki jenjang kuliah di perguruan tinggi, menanyakan bagaimana menjawab pertanyaan temannya: "Kalau alam semesta ini diciptakan Tuhan, lalu siapakah yang menciptakan Tuhan?" Nampaknya saat pengajian berlangsung, sang pembicara yang masih mahasiswa kelewat menjawab pertanyaan itu. Mungkin saking banyaknya masalah yang dibahas serta pembicaraan yang merambah ke mana-mana, sehingga terlupakan. Syukurlah sarana komunikasi Internet cukup membantu, Dan segera setelah pengajian usai, sang pembicara melayangkan email menjawab pertanyaan yang terlewatkan itu ke peserta pengajian. Sengaja isi jawabannya dipaparkan di sini, dengan maksud barangkali bisa diambil manfaatnya jika Ada pertanyaan serupa di masa mendatang. Pertanyaan: Siapakah yang menciptakan Allah? Jawaban: Sebelum menjawab pertanyaan ini, ini ibarat Ada pertanyaan dgn logika serupa seperti ini: Mengapa ular kok tidak punya dua kaki, dua sayap, bulu Dan dapat terbang seperti burung? Jawabannya: karena kalau ular punya ciri seperti burung, dia tidak dinamakan ular, tapi ya burung. Mengapa kursi Dan meja kok tidak bisa berbicara seperti pembuatnya, tidak punya otak, tidak punya keahlian membuat sesuatu seperti manusia? Jawabannya: ya karena kalau dia punya ciri Dan sifat seperti manusia, maka dia bukan meja atau bukan kursi, tapi makhluk lain, atau mungkin malah dipanggil manusia. Mengapa pisang kok tidak punya rasa, warna, bau, bentuk Dan kesamaan dengan Pizza? Jawabannya: ya karena kalau pisang seperti itu berarti bukan pisang, tapi ya Pizza. Sama, siapa yg menciptakan Allah atau Tuhan yang Maha Pencipta? Jawabannya: kalau Tuhan itu diciptakan maka dia tidak disebut Tuhan, tapi makhluk. Tuhan itu ya yang Maha Pencipta Dan tidak diciptakan, abadi, Dan Maha Segalanya. Itulah konsep Tuhan. Jika seseorang berpikir siapakah yang menciptakan Tuhan Yang Maha Pencipta, maka logika berpikirnya yang keliru, karena ini menyamakan Tuhan dengan bukan-Tuhan, menyamakan Pencipta dengan yang diciptakan, Dan sebagainya. Ini sama saja dengan logika berpikir keliru: mengapa ular kok tidak punya organ tubuh yang sama persis seperti burung, mengapa meja Dan kursi kok tidak punya kemampuan seperti manusia yang membuatnya, kenapa pisang kok tidak seperti Pizza...? Demikianlah sekelumit gambaran lika-liku pengajian di Hamburg, Jerman. Keadaan budaya, pendidikan Dan pola pikir masyarakat yang hidup di negeri itu menuntut tantangan dakwah dengan bahasa, pola pikir, Dan pengetahuan yang sesuai dengan masyarakatnya. [abuammar/www. | ||
|
0 Komentar