KUALA LUMPUR (Suara Karya): Harapan tim bulutangkis putra Indonesia untuk memboyong Piala Thomas ke Tanah Air tidak terwujud. Bahkan, dalam pertarungan final di Stadion Putra, Bukit Jalil, Kuala Lumpur, Malaysia, Minggu (16/5), Indonesia harus menerima kenyataan takluk 0-3 dari juara bertahan China.
Gagal sudah perjuangan untuk mengulang kejayaan tahun 2000 di Kuala Lumpur ketika Indonesia dengan gagah perkasa merontokkan tim Tembok China 3-0 saat berjaya mempertahankan Piala Thomas. Atas kegagalan membawa pulang lagi piala lambang supremasi kejuaraan dunia beregu putra itu, PBSI dan tim Indonesia meminta maaf kepada masyarakat Indonesia. Apalagi tim putri Indonesia hanya bisa sampai semifinal Piala Uber. "Kami minta maaf kepada seluruh pencinta bulutangkis di Indonesia karena belum bisa membawa pulang Piala Thomas," ujar Sekjen PB PBSI Yacob Rusdianto setelah Indonesia kalah dari China.
Permintaan maaf dengan diiringi kekecewaan juga disampaikan oleh tunggal pertama Indonesia, Taufik Hidayat, atas kegagalannya menyumbang angka. Dia harus mengakui keunggulan Lin Dan 7-21 dan 14-21 sehingga Indonesia tertinggal 0-1. "Saya sangat kecewa dan minta maaf atas kekalahan ini, tetapi dia memang lebih bagus secara teknik maupun fisik," ujar Taufik usai pertandingan.
Pasangan Markis Kido/Hendra Setiawan meskipun telah berjuang tiga game, namun harus mengakui keunggulan Fu Haifeng/Cai Yun 23-25, 21-16, dan 12-21. Tunggal kedua, Simon Santoso, yang sempat memberi harapan setelah merebut game pertama, akhirnya takluk dari Chen Jin dengan skor 21-19, 17-21, dan 7-21, sehingga Indonesia tidak memiliki harapan lagi. Meski kalah, Yacob mengaku puas dengan penampilan pemain Indonesia, karena kemenangan China tidak diperoleh dengan mudah.
"Saya lihat sendiri pemain China tidak mudah meraih poin, bahkan harus meraih kemenangan melalui rubber game," ucapnya. Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Andi Mallarangeng, yang menyaksikan langsung perjuangan para pemain Merah Putih di Malaysia, mengatakan, tim Thomas Indonesia sudah berjuang keras, namun China memang bermain lebih bagus.
"Ada beberapa kesempatan menang, misalkan di ganda putra Markis Kido dan Hendra Setiawan di set ketiga serta Simon Santoso di set kedua, namun sayang mereka tidak menyelesaikannya dengan baik. Tapi, mereka sudah berusaha dan berjuang sekuat tenaga," katanya.
Ketua PBSI Djoko Santoso mengatakan hal yang sama, Indonesia berhasil mencapai final merupakan kemajuan dari Tim Thomas, namun sayang belum beruntung menang dan mengalahkan juara bertahan China. "Kami akan mengevaluasi kembali beberapa kelemahan pada pemain, misalnya daya tahan, karena para pemain tampak kehabisan tenaga saat berjuang di set ketiga," ujar Djoko.
PBSI akan mempersiapkan kaderisasi pemain bulutangkis dengan cara meningkatkan kejuaran olahraga ini di tiap provinsi dan antarprovinsi. Selain itu, pembinaan pemain sejak usia dini akan ditingkatkan lagi. "Kami akan persiapkan lagi para pemain untuk berjuang memperebutkan Piala Sudirman pada tahun depan," kata Djoko.
Sementara itu, Manajer Tim China Li Yongbo menilai keberhasilan mereka memenangkan Piala Thomas keempat kalinya berturut-turut adalah sesuatu yang sempurna. "Semua pemain dalam tim memberikan permainan yang terbaik," kata Yongbo.
Soal keberhasilan ganda pertama mereka, Fu Haifeng/Cai Yun, Yongbo mengatakan, sejak kalah di Olimpiade Beijing, pasangan tersebut melakukan persiapan yang cukup untuk menghadapi Piala Thomas. Kemenangan tersebut membuat tim China memenangi Piala Thomas keempat kalinya berturut-turut sejak 2004. Berikut ini hasil pertandingan final Piala Thomas antara Indonesia melawan China: Indonesia vs China 0-3: Tunggal pertama-Taufik Hidayat vs Lin Dan 7-21 dan 14-21, ganda pertama-Markis Kido/Hendra Setiawan vs Fu Haifeng/Cai Yun 23-25, 21-16, dan 12-21, tunggal kedua-Simon Santoso vs Chen Jin 21-19, 17-21, dan 7-21, ganda kedua-Nova Widianto/Alven Yulianto vs Guo Zhendong/Xu Chen (tidak dimainkan), tunggal ketiga: Dionysius Hayom Rumbaka vs Bao Chunlai (tidak dimainkan). (Ant/Gungde Ariwangsa)
0 Komentar