VIVAnews - Ekonom Danareksa Reseach Institute, Purbaya Yudhi Sadewa, menilai rencana Bank Indonesia (BI) mengurangi nilai mata uang tanpa nilai dari uang tersebut (redenominasi) rupiah dapat mengacaukan sistem ekonomi jika tidak dilakukan sosialisasi yang baik.
Menurutnya, BI membutuhkan sosialiasi yang luar biasa agar semua masyarakat paham. Padahal, masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai tingkatan ekonomi dan pendidikan. Purbaya menilai, BI selama ini lemah dalam hal sosialisasi.
Dia menambahkan, ditakutkan masyarakat malah akan khawatir nilai uangnya terpotong, padahal tidak. "Nantinya, orang akan beramai-ramai menukarkan rupiah ke dolar, karena pemerintah AS menjamin dolar yang telah dikeluarkan tidak akan diganti dan dikurangi," ujarnya.
Jika sudah begitu rupiah bisa terpuruk. Dalam situasi rupiah yang tenang, sebaiknya BI tidak melakukan redenominasi karena dapat membingungkan masyarakat.
Menurutnya, tidak mudah untuk menciptakan sistem yang baru. Selain itu, ia tidak melihat keuntungan yang diperoleh dalam melakukan redenominasi. Hal itu, karena sistem pembayaraan saat ini bisa diterima masyarakat.
Sementara itu, pemerintah juga tampak terkejut dengan rencana Bank Indonesia melakukan rencana redenominasi rupiah.
Menteri Keuangan Agus Martowardojo menuturkan, dirinya belum mendengar rencana BI tersebut dan justru bertanya kepada wartawan. "Ah nggak mungkin, masa sih," Ujar Agus di Menko Perekonomian Jakarta, Senin.
Dia berjanji, akan membicarakan dengan BI untuk membahas wacana tersebut. Namun tampaknya, Agus belum bisa memahami wacana BI. "Maksudnya dia (BI) mungkin mengeluarkan uang koin. Aku bahas dengan BI dulu ya, aku tidak tahu ya maksud kalian apa," katanya.
Begitu halnya dengan Menko Perekonomian Hatta Rajasa ketika ditanya mengenai Redenominasi. Dirinya mengaku belum pernah mendengar hal tersebut. "Saya belum merespon sesuatu yang belum saya paham," ujarnya.
0 Komentar